Tuesday 26 May 2015

Saat Dikala Tidur pun, Saya Berpikir

Hallo... Lama banget ya, gak update blog. Well, kali ini saya akan chit-chat aja de; apa aja yang sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, saat-saat dikala tidur pun saya berpikir.
Wanna know? Keep on reading!
Ini adalah cerita mengenai pengalaman saya selama mengikuti Program Inkubator Bisnis yang diadakan oleh Womanpreneur Community.
Womanpreneur Community? Apaan siy? Awalnya saya juga gak tau. Resign dari kantor, saya kepengennya leyeh-leyeh aja di rumah, sampai kemudian saya 'kecemplung' dalam dunia jual-beli a.k.a. bisnis.
Tau diri kalau saya gak punya ilmu apa-apa tentang bisnis, saya lalu mencari-cari perkumpulan atau komunitas yang berjudul bisnis. Ketemu beberapa lembaga yang katanya men-support bisnis, tapi kok ya salah satu syarat jadi anggotanya harus sudah punya karyawan minimal berapa, bisnis sudah berjalan berapa lama. Padahal, bisnis saya baru juga beberapa minggu, masih bayi banget ini judulnya. Boro-boro punya karyawan, semua juga masih dikerjain sendiri (emoticons banjir air mata).
Sampailah saya bertemu dengan Womanpreneur Community ini, saya follow Instagram-nya, saya cari website-nya untuk daftar member. Saya request untuk masuk ke group Facebook-nya. Karena ceritanya saya mau cari ilmu, saya pantengin terus postingan wall-nya. Tiba-tiba, ada info kelas bisnis online, saya ikut dey.
Sebelumnya saya sudah pernah ikut juga yang namanya kelas bisnis online, Tapi, yang satu ini beda. Kenapa? Baru selesai materi hari pertama, udah bikin saya gak bisa tidur gara-gara kepikiran tentang isi materinya; pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab yang berkaitan dengan bisnis yang saya jalani.
Terpacu oleh kelas bisnis online yang dasyat ini, saya pun memberanikan diri untuk melangkah mengikuti kelas bisnis offline-nya Womanpreneur Community. Judulnya Inkubator Bisnis. Waktu mendaftar, saya berpikir; 'Wah, cocok banget niy. Secara bisnis saya baru lahir, masuk inkubator dulu ah!' Dengan harapan keluar inkubasi, bisnis saya bisa jadi bayi yang sehat dan siap menghadapi dunia luar.
Beberapa saat sebelum menghadiri kelas pertama di Inkubator Bisnis ini, saya mengalami pemerosotan semangat yang luar biasa sampai pada titik saya tidak ingin meneruskan usaha yang tengah saya rintis. Dalam hati, 'Salah sendiri, gegayaan siy pake acara pegen jadi enterpreneur-enterpreneur-an segala, padahal niatan resign  kan pengen leyeh-leyeh... Rasain deh!' Tapi, karena saya 'muka badak', dateng lah juga saya ke kelas Inkubator Bisnis itu, 'Udah bayar pun, masa gak dateng. Mana ngisi formulir pendaftarannya juga pake mikir, pake diseleksi juga. Masa iya, udah lolos seleksi formulir, gak dateng??'
Pada tahap ini saya baru sadar niy, 'Kok ada seleksi formulir segala ya? Biasanya kalo pelatihan kan asal daftar, bayar, dateng.' Saya baca lagi deh itu judul pelatihan bisnisnya. Jeng.. Jeng... INKUBATOR BISNIS, INSPIRING WOMANPRENEUR COMPETITION 4 (IWPC4).
Ahahahaha... kompetisi? Salah daftar kali ya? Apanya yang mau dikompetisiin? Niat bisnis aja udah merosot ke titik minus. Tapi, emang dasar muka badak, ya tetep aja saya dateng.
Womanpreneur Community, IWPC4
Foto Bersama Angkatan IWPC 4 Setelah Materi Visual Thinking oleh Bapak Taufan Arifin
Source : Majalah Success Nomor 02. Tahun IX/2015, Foto oleh : Bapak Syafrizai
Bulan pertama, pembekalan IWPC4
Materi-materi pembekalan yang wow! Sharing oleh Ibu Reny Feby, seorang Fashion Jewelry Designer, yang luar biasa, ilmu-ilmu yang luar biasa. Tapi, di kala itu saya merasa sangat takut dan ingin keluar dari ruangan kelas. Saya ingin pulang dan tidak kembali lagi. Kenapa? Banyak rasa berkecamuk di hati, banyak perasaan tidak nyaman, resistensi diri dan hati saya. Sehingga saya merasa tidak siap, takut, dan ingin lari.
Sampai pada saat kurasi produk dan produk saya tidak lolos QC oleh tim Womanpreneur Community (WPC), saya menangis. Bukan karena produk saya tidak memenuhi kualitas, tapi lebih kepada kesadaran bahwa ini adalah komunitas yang ternyata sangat peduli pada perkembangan anggotanya. Penerapan standar yang tinggi, bukan hanya produk tapi kualitas pelatihan dan anggotanya, adalah dunia yang sama sekali baru bagi saya, dunia yang sangat gelap pada saat itu, dan saya merasa sangat takut melangkah masuk ke dunia yang gelap itu.
Pulang ke rumah, saya dipenuhi oleh kegalauan akut, yang semakin menyeret saya untuk menyerah pada bisnis saya. Di titik itulah saya diharuskan untuk memilih; menyerah dan kalah, kemudian melupakan apa yang sudah terjadi and then have fun dengan uang saku dari suami atau memantapkan langkah untuk menembus kegelapan, untuk kemudian berjuang dan bekerja keras?
Dan saya memilih yang kedua. Saya butuh cahaya untuk melangkah melalui kegelapan dan saya sadar cahaya itu salah satunya adalah ilmu. Saya lawan ketakutan saya, dan berpikir apa yang bisa saya lakukan; untuk diri saya saat itu, untuk produk saya, untuk masa depan saya.
I was reborn; bukan hanya diri saya tapi keseluruhan konsep bisnis saya, termasuk produk saya. Restarting all over again. 
Saat inilah, tidur malam saya mulai terasa tidak nyenyak. Karena otak saya terus berputar, even ketika saya sudah tertidur, saya bisa mendadak terbangun dan menyadari, 'That's it! Jadi itulah yang harus saya lakukan besok.' Scary eh?
Womanpreneur Community, IWPC4
Ibu Irma Sustika, Founder Womanpreneur Community dalam Materi Business Model Canvas
Bulan kedua, pembekalan IWPC4
Dikejar waktu untuk pertemuan kedua kelas IWPC4, saya punya waktu kurang lebih sebulan untuk merubah seluruh konsep bisnis saya, menciptakan produk yang sama sekali berbeda, menerapkan pelajaran yang sudah saya terima di kelas pembekalan pertama.
Di bulan kedua, seluruh peserta diminta untuk ikut dalam bazaar di pusat perbelanjaan juga mempresentasikan bisnisnya di atas panggung di hadapan penonton (Ahahahaha... seriously?). Di atara kelelahan fisik yang luar biasa untuk persiapan bazaar sekaligus harus menghadiri kelas pembekalan, saya berhasil men-sinergikan otak dan lidah di atas panggung penjurian.
Alhamdulillah! Ternyata ini adalah proses eliminasi tahap pertama dan saya lolos ke tahapan 20 besar finalis. 'Kok bisa?' Saya juga gak pernah menyangka untuk bisa melangkah ke tahap selanjutnya. Saya merasa bisnis saya jauh di bawah peserta lainnya yang lebih berpengalaman. Tapi, dalam IWPC ini, bukan sebagaimana hebat pesertanya atau seberapa hebat bisnisnya, melainkan seberapa hebat progress yang tercipta selama masa inkubasi.

Bulan ketiga, pembekalan IWPC4
Memasuki bulan ketiga, saya kembali dihadapkan pada rangkaian acara inkubasi yang juga padat, layaknya bulan kedua; mengikuti kelas pembekalan, ikut serta dalam bazaar, kembali naik ke atas panggung untuk mempresentasikan progress bisnis masing-masing, dan melalui eliminasi yang ke-2 memasuki tahap 12 besar finalis. Saya kembali terpilih untuk melangkah lebih jauh dalam proses inkubasi ini. Saat nama saya dipanggil sebagai salah satu finalis dengan progress terbaik dan berhak maju ke tahap 12 besar, saya tidak bisa merasakan apa pun; harus bangga kah atau harus senang kah saya?
Kenapa? Karena saat itu pikiran saya mengalahkan perasaan saya, otak saya berputar begitu cepat. Memenuhi kepala saya dengan berbagai macam pertanyaan; apa yang harus saya tingkatkan, apa yang harus saya perbaiki, apa lagi yang harus saya pelajari, apa yang harus saya lakukan besok?
Wajah-wajah para mentor dengan energinya yang luar biasa, terus melintas di benak saya.
Karena lolos menjadi 12 besar finalis, dan masuk melangkah ke Grand Final Inspiring Womanpreneur Competition, menurut saya adalah suatu amanah yang harus saya emban. Judulnya aja inspiring, berarti paling tidak bisa menginspirasi yang lainnya, belum lagi womanpreneur, wow! predikat yang tidak ringan rasanya.
Di saat seperti itulah saya merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang men-support secara penuh. Mentor-mentor hebat Ibu Irma Sustika, selaku founder Womanpreneur Community dan Mami Ietje S. Guntur, selaku co-founder yang senantiasa mendukung dan membantu dikala saya membutuhkan secercah cahaya untuk melangkah. Para Trainer dan juri, juga alumni IWPC angkatan sebelumnya yang perannya sangat besar bagi perkembangan 'new born baby' ini. Teman-teman sesama peserta IWPC4 yang saling mendukung, bahu-membahu dalam menggenggam impian (I have found another family).
Dan kemudian, malam-malam saya semakin dipenuhi suara desingan otak yang tidak berhenti berputar.
Womanpreneur Community, IWPC4
Mami Ietje S. Guntur, Co-Founder Womanpreneur Community dalam Materi Merchandising
Bulan keempat, pembekalan IWPC4
Ternyata bulan keempat, adalah masa karantina para grand finalis IWPC4. Karantina? for real?
Yup, betulan!
Kami, 12 peserta yang tersisa, di minta untuk menginap di Hotel dan menghadiri proses penjurian. Penjuriannya ala-ala sidang skripsi lho! Scared? Yes! Tapi, kalau saya berhasil melalui proses empat bulan ini, berarti saya pasti sanggup.
Saya masuk ke ruang sidang... eh, ruang penjurian, pada giliran pertama. Saya harus melalui tahap penilaian seorang diri, dihadapan tiga orang juri. Waduh! Deg-degan... sudah pasti. Tapi kan, saya ceritanya muka badak, jadi sok cool aja, padahal sih kaki gemetaran.
Di dalam ruang penjurian sampai saat keluar dari ruang penjurian yang lamanya kira-kira sejam, saya merasa sangat-sangat bersyukur dan beruntung bisa memasuki ruangan itu. Kenapa? Luar biasa sekali yang saya dapatkan di sana. Kalau mau diibaratkan, proses transformasi selama 4 bulan; sebelum ikut kelas pembekaan saya berada dalam kegelapan, setelah melalui proses pembekalan, saya mulai bisa melihat cahaya disekeliling saya, sampai ketika keluar dari ruang penjurian, saya merasakan secercah cahaya untuk melihat jalan saya menerobos kegelapan. Amazing? Salah satu hal terdahsyat dan luar biasa yang terjadi dalam hidup saya. Saya kembali meneteskan air mata. Saat itu, mengenang mimpi saya, menyadari bahwa saya sudah mendapat penerangan untuk melangkah lebih dekat dan menggenggamnya.
Ini sungguh sesuatu yang luar biasa!

I am a winner
Setelah proses karantina selesai, berlajut ke acara wisuda dan pengukuhan pemenang IWPC4. Lelahnya luar biasa, terlebih lagi karena otak saya semakin tidak kooperatif untuk menghadirkan mimpi indah atau paling tidak sekedar layar hitam, melainkan; apa, bagaimana, siapa, kapan, dan lain hal yang membuat kesadaran saya menang melawan kantuk dan lelah.
Setelah proses wisuda untuk seluruh peserta IWPC4, ternyata masih ada lagi proses penjurian lanjutan (oohh!). Sudah sampai di sini, tampilkan saja yang terbaik! Sekali lagi di atas panggung, di hadapan penonton, saya harus menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai bisnis saya.
Waktunya juri membacakan nama para pemenang, 'Pemenang ketiga... Dina Yulistiana.'
'What? Nama saya barusan disebut ya? Kayanya salah denger deh.'
'Din, maju...!!' Teman saya berbisik.
'Waduh, beneran dong, yang tadi disebut nama saya... pemenang ketiga?'
Alhamdulillah, saya tidak pernah menyangka bisa menang. Saya tidak pernah menyangka bisa memegang salah satu trophy berkilau yang berjajar di atas meja hadiah sebagai pemenang. Karena bagi saya, menyandang predikat pemenang tidaklah penting, melainkan menang terhadap diri sendiri... itu jauh lebih penting. Ini bukan tentang kompetisi melawan sesama peserta, tetapi kompetisi terhadap diri sendiri.
Kemudian, saya melangkah maju, menerima ucapan selamat, bermacam apresiasi, dan menggenggam trophy itu. Saya baca tulisan yang tercetak di atasnya, 'Pemenang Ketiga Inspiring Womanpreneur Competition 4. Ini bukan waktunya untuk berbagga diri, melainkan adalah suatu amanah bagi saya untuk terus berprogres dan menjadi inspirasi. Amanah luar biasa yang harus saya emban... Insyallah!
Because i have dreams... and i'll make my dreams come true.

Womanpreneur community, IWPC, IWPC4
Setelah Pengukuhan Pemenang IWPC4, I am a winner!
Well, itulah pengalaman saya selama empat bulan mengikuti proses Inkubator Bisnis, Inspiring Womanpreneur Competition 4. Saya harap tulisan saya gak boring dan bisa menginspirasi atau paling tidak membangkitkan semangat untuk berjuang mewujudkan mimpi kalian.
Seperti kata-kata motivasi yang sering saya dengar dan baca; bermimpilah yang tinggi, bermimpilah sesuatu yang besar, kemudian bangun, mulai bekerja keras dengan penuh keyakinan dan tekad yang bulat, maka impian itu akan kalian genggam.

Mau merasakan pengalaman seperti tulisan saya ini? Gak harus sudah punya usaha kok. Kalau penasaran dan pengen ngerasain nikmatnya 'di-bully', gabung aja di Womanpreneur Community (WPC), dijamin ketagihan. Asli, nagih!
Klik sekarang www.womanpreneur-community.com
Banyak hal yang bisa dipelajari, sharing, networking, berbagai manfaat dan sarana untuk membangun dan membantu pengembangan bisnis.
See you around and be a winner! ^^


[Tulisan ini adalah murni hasil karya Dina Yulistiana, bila ingin meng-copy atau men-share konten ini, harap menyertakan sumber referensi. Yuk, budayakan menulis dengan etika dan bukan mencontek semata!^^]

No comments:

Post a Comment